Dear Om Ahok

Pertama-tama, saya mau bilang MAKASIH OM AHOK! 

Udah kurang lebih 5 tahun kerja di Jakarta dan 2 bulan belakangan ini bener-bener merasa menjadi warga yang dimanjakan dengan public transportation yang lebih nyaman. Bayangpun, dulu setahun sekali pasti ada adegan saya pingsan di bus karena harus berbagi oksigen plus menahan perut yang lapar di tengah kemacetan lalu lintas. 

Naik motor pernah menjadi pilihan supaya lebih cepat sampai dan pulang kerja. Namun apa daya, sebagai wanita lemah yang butuh kasih sayang, menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam pake motor, membuat saya sering masuk angin. Ibu saya marah-marah soalnya kalo sampe rumah saya suka minta dikerok, apalagi kalo dirumah belom ada makanan, saya suka KZL.



Naik mobil juga pernah menjadi pilihan, menembus kejamnya 3 in 1, melenggang kangkung di tol , ujung-ujungnya kena macet juga di daan mogot. Yah, sama aja. Belom lagi bayar parkir dan beli bensin, semua Hayati yang tanggung sendiri. Lama-lama Hayati lelah, kakinya suka kram karena kena AC. AC dimatiin panas, dinyalain kedinginan, yaudahlah Hayati naik ojek ajah.



Di HP saya ada 3 aplikasi ojek online dan yang saya pakai adalah mana yang lagi promo dengan harga termurah. Pengeluaran untuk transport pergi-pulang kantor agak bengkak, karena beda transportasi yang harus disambung supaya lebih cepat. Waktu tempuh normal saya pake macet dari depan MPR sampai Slipi, hingga ke rumah adalah 1.5 jam. Kadang 2 jam kalo macetnya ora umum.



Lalu saya coba naik busway lagi, ternyata ada rute baru yang nggak lewat biang macet jadi bus-nya lowong. Kemudian ternyata jalur busway juga sudah disterilkan, perjalanan pulang saya jadi 1 jam. 1 JAM SODARA SODARA! Sejak itu hingga sekarang ini saya selalu naik busway, dengan uang transport Rp. 7000 untuk pulang pergi.

Lebih nyaman karena bus dengan rute baru semakin banyak, jadi kondisi didalam bus sangat lowong, nggak perlu rebutan oksigen sampai pingsan lagi. Efeknya, sampai dirumah saya masih segar, nggak bau asap knalpot, nggak marah-marah kalau belum ada makanan plus bisa mampir mall buat belanja. Kalaupun terjebak macet di beberapa titik, peduli setan, karena saya duduk. 

Satu hal yang juga baru saya sadar adalah betapa bersihnya kali-kali Jakarta (sejauh mata saya memandang) saat ini. Secara nggak langsung pemandangan kali yang nggak ada sampahnya itu berdampak positif buat yang melihatnya (saya). Serius. Beberapa lokasi yang tadinya semrawut jadi tertata rapih, makin cantik dengan tanaman hias. Setiap pagi saya lihat pasukan oranye semangat membersihkan kali atau menyapu jalanan. Petugas TJ bersama polantas menertibkan jalur busway supaya nggak dilewati kendaraan lain.

Saya mulai menikmatinya, mencari uang di Jakarta.

Muuci ooom... Service-nya OK banget. Mumumuuuuu ( \* 3 *)/


Share:

0 komentar